Do’a ketika Bercermin


Makna doa ketika bercermin ternyata sangat dalam karena mencerminkan ajaran moral mengenai hubungan positif antara sifat penciptaan dan karakter atau akhlak. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa misi Islam adalah menyempurnakan atau rektifikasi akhlak atau karakter yang didasari kebenaran metafisis sesuai ajaran Tauhid, dibimbing oleh aturan-ilahiah sesuai dengan hukum syar’i (Islam), dan memiliki platform keindahan ilahiah yang abadi sesuai ajaran Ihsan dan keteladanan Rasul yang ummi.

Bagi yang berminat mengakses artikel lengkap silakan klik: DoaBercermin

One thought on “Do’a ketika Bercermin

  1. Bertitik tolak dari hadis-hadis Nabi Saw, yakni akhlak sebagai kelakuan tentunya sangat beragam. Firman Allah berikut dapat menjadi salah satu argumen keanekaragaman.

    Sesungguhnya usaha kamu (hai manusia) pasti amat beragam. QS Al-Lail. 92:4

    Keanekaragaman tersebut dapat ditinjau dari berbagai sudut, antara lain kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk, serta dari obyeknya, yakni kepada siapa kelakuan itu ditujukan. Menurut pendapat para ahli sufi bahwa manusia terdiri atas tiga unsur yang tidak terpisahkan:jism (tubuh), jiwa (nafs), dan ruh. Ruh cenderung rindu kepada Tuhan, sedangkan jiwa (nafs) mempunyai potensi untuk berbuat kebaikan dan kejahatan. Meski demikian, menurut Al-Ghazali bahwa jiwa itu bersifat ilahi, sehingga ia cenderung pada kebaikan dan enggan pada kekejian. Saya sependapat dengan p Uzair bahwa Memperbaiki atau merektifikasi karakter itu perlu karena karakter manusia ‘belum final’.

    Dalam usaha memperbaiki karakter kita dapat mendalami makna nama Allah yang berjumlah 99 nama (HR Turmidzi dan Ibn Hibban). Asma Allah itu hendaknya tidak cukup diingat/diucapkan tetapi kita harus melangkah lebih jauh lagi, yakni membuat ‘pencitraan positif’. Karena dalam sifat manusia itu terdapat kekuatan dahsyat dan misterius yang sanggup membawa peningkatan kedalam kehidupan kita. Stephen R. Covey ( dalam Al-Kumayi, 2005) dalam catatan pribadi mengemukakan: “Saya percaya bahwa ada bagian dari sifat manusia yang tidak dapat dicapai melalui undang-undang atau pendidikan, tetapi memerlukan kekuatan Tuhan untuk mengatasinya. Saya percaya bahwa sebagai manusia, kita tidak dapat menyempurnakan diri kita sendiri, sampai tingkat dimana kita menyelaraskan diri kita dengan prinsip-prinsip yang benar. Anugerah ilahi akan diserahkan pada sifat kita sehingga memungkinkan kita memenuhi ukuran ciptaan kita.”
    Pak Uzair mungkin itu komentar dari saya yang saya rangkum dari berbagai sumber.

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.